PERWIRA BANGSA INDONESIA YANG PERNAH BERPERANG MELAWAN TENTARA JEPANG.
Oleh Wal Suparmo,SH,MBA
Menurut tulisan Budiarto Shambazy dalam Kompas tgl 15 Januari 2008, Suharto juga pernah mengangkat senjata atau berperang melawan tentara Jepang.Sesuai catatan sejarah ada 2 orang perwira bangsa Indonesia yang pertama-tama terlibat perang frontal dengan tentara Jepang yaitu Kapten inf. J.Kaseger dan Letnan Satu inf. Didi Kartasasmita.
Kedua-duanya adalah lulusan Akademi Militer Breda di Belanda.Tentara Jepang mulai menyerang Pulau Ambon pada tanggal 8 Januari 1942 dengan serangan dari udara dan laut tetapi baru mendarat pada tanggal 30/31(malam) Januari 1942 dibawah pimpinan Mayor Jenderal Takeo Ito yang terdiri dari 5300 orang,400 ekor kuda dan 110 kendaraan bemotor dan dibantu oleh kurang lebih 1000 orang marinir.
Pulau Ambon dipertahankan oleh tentara Hindia Belanda(KNIL) dibawah Letkol. Inf.J.L.R.Kapitz dengan pasukan ang terdiri dari 2600 orang ditambah bantuan tenatara Australia sebanyak 1170 orang.Kapt J.Kaseger adalah komandan kompi 4 dan Lettu Didi Kartasasmita komandan kompi perajurit bumiputera dan wajib latih.
Pertempuran belangsung satu minggu dan pada tanggal 7 Februari 1942, Belanda menyerah dan yang menyerah paling akhir adalah kompi dari Lettu Didi Kartasasmita. Namun dicatat bahwa korban tentara Jepang adalah 2400 orang belum termasuk dari marinir.Satu kapal torpedo Jepang tenggelam di Teluk Ambon karena kena ranjau laut.
Oleh sebab mereka orang bumiputera maka Kapt.J.Kaseger dan Lettu yang ditangkap Jepang dan ditahan sebentar, diperbolehkan pulang ke tempat asal mereka tetapi karena Kapt.J.Kaseger beristrikan wanita Belanda totok, ia ditangkap lagi dan meninggal dalam kamp konsentrasi sedangkan Lettu Didi Kartasasmita yang belum menikah, pulang ke Jawa Barat dan turut mendirikan PETA dan BKR.
Ia adalah satu dari sedikit orang Indonesia yang mempunyai pengalaman untuk bertempur melawan tentara asing(Jepang) .Tentara Jepang menyerang dan mendarat di pulau Tarakan pada tanggal 11 Februari 1942 yang terdiri dari 3 batalyon( dari resimen inf.146) kira-kira 3000 orang dan 1 batalyon mariner. Tentara Hindia Belanda berkekuatan 1100 termasuk orang bumiputera Indonesia yaitu Korps Mangkunegaran Sayang tidak ada cacatan mengenai pewira-perwiranya dan berapa banyak juga yang gugur.
Tanggal 29 Juli 1942, sersan Julius Tahija dengan pasukan sejumlah 12 orang. Berhasil menggagalkan pendaratan tentara Jepang yang terdiri dari beberapa ratus orang di Saumlaki kepulauan Tanimbar.Sersan J.Tahija kehilangan 8 orang yang mati tetapi tentara Jepang mengundurkan diri.Untuk kejadian ini Julius Tahija dianugerahi oleh Belanda bintang Militaire Willems Orde yang sama tingkatnya dengan Victoria Cross(Inggris) atau Congessional Medal (Amerika).
Perang gerilya melawan tentara Jepang di Kolonedale yang berlangsung lama setelah tentara Hindia Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942..Perang gerilya itu berlangsung sampai tanggal 25 Agustus 1942 dibawah komando sersan J.Klinkhamer( karena para perwiranya terbunuh dan tertangkap) yang akhirnya diteruskan oleh sersan KNIL Kapojos yang adalah orang bumiputera.
Peristiwa pemberontakan PETA di Blitar (daiichi dai dan) yang dipimpin oleh Daidanco Soepriadi.Yang mana semua pelakukunya dihukum pancung kecuali Soeprijadi yang melarikan diri dan konon berharakiri dengan menerjunkan diri dalam kawah gunung Bromo karena jika tertangkap tentara Jepang ia akan disiksa berat.(meskipun denikian secara absensia ia pernah diangkat menjadi Menteri Pertahanan dalam kabinet Republik Indonesia yang pertama).
Peristiwa Lengkong tgl 25 Januari 1946, yaitu pertempuran melawan tentara Jepang dan para perwira bumiputera Indonesia yang mempertahankan Akademi Militer di Tangerang dan Jepang ingin merebut kembali senjatanya.Yang gugur pada waktu itu adalah Mayor inf.Daan Mogot dan Lettu inf. Soebianto Djojohadikusumo( 21 Tahun) dan Soejono Djojohadikusumo( 16 tahun).
Kemudian terjadi beberapa penyerangan kecil-kecilan tetapi bukan perang , dalam usaha untuk merebut senjata Jepang di kota Yogya ,Solo dan beberapa kota lain tetapi yang berupa perang adalah pertempuran lima hari di Semarang yang terjadi pada tanggal 14 sampai dengan 19 Oktober 1945, yang mana tentara Jepang dipimpin oleh Butaicho Kido yang sangat berpengalaman tempur karena pernah merebut Syonanto(Singapura) yaitu pasukan istimewa atau sekarang dinamakan special troops atau pasukan komando.
Pasukan ini terdiri dari pasukan cadangan dibawah komando kapt.Yamada, pasukan tempur dibawah komando mayor Yagi, kompi 9 dibawah kapt..Motohiro . kompi 10 dibawah kapt. Nakasima dan pasukan artileri dibawah kapt.Fukuda) .Para pemuda Semarang pada waktu itu berada dibawah pimpinan S.Broto(komandan Barisan Srobot). Ali Said,Sudharmono, Hoegeng,Wongsonegor o(residen) dll.Memang banyak berdatangan para pemuda dari Pati,Purwodadi, Solo dan Yogya untuk membantu melawan tentara Jepang .
Pertempuran ini adalah yang kedua hebatnya setelah Surabaya dan mengakibatkan berpuluh ribu korban diantara para pemuda dan penduduk dan pada waktu itu tentara Jepang melakukan hal-hal yang sangat kejam seperti memenggal kepala para pemuda yang tetangkap.Hal itu dilakukan dengan menggepe (menjepit) dan mengikat dada dan punggung para pemuda dengan dua batang bambu dalam barisan 5 orang. Pada waktu itu ada 3 barisan dan algojo dengan satu kali tebas memotong 2 atau tiga kepala.
Pada barisan terakhir mungkin kekuatan algojo sudah kurang dan barisan ambruk oleh badan manusia yang tak berkepala sehingga ada 2 orang yang ikut jatuh dan pura-pura mati bermandi darah kawan-kawannya. Rupanya Jepang sendiri juga sudah groggy dan tidak mengadakan pemeriksaan lagi dan terus pergi.Kejadian ini berlangsung di depan kantor Kenpetai( sekarang Markas Kodam) dan mereka yang selamat, melarikan diri masuk kedalam Kali Sari yaitu Warkam Murtiharsojo (Jl.Papandayan Belakang Semarang).
Pada waktu pertempuran 5 hari itu seluruh kampung Batik Semarang di bakar habis oleh Jepang tetapi dibumihanguskannya kampung Pandean Lamper Lor oleh tentara Jepang, baru dilakukan sesudah pertempuran 5 hari. Pada waktu itu kampung Pandean Lamper Lor dibakar dan penduduk yang keluar menyelamatkan diri ditembaki dengan senapan mesin dan Markas Pemuda yaitu rumah Drh Marah Rusli(pengarang Siti Nurbaya), dengan komandan pemuda Rushan Rusli(ayah Harry Rusli), juga ikut dibakar. Mungkin Suharto ada diantara pasukan yang datang membantu dari Yogya.
Sumber:
1)Seratus tahun KNIL di Hindia BelandaOleh sejarawan militer Kapt. Pieter van Meel(terjemahan oleh Wal Suparmo)
2) Sejarah pertempuran lima hari di SemarangOleh Mr.Han Bin Siong & Dipl.Ing J.M.Rebel(idem)
3) Warkam Murtiharsojo
Minggu, 20 Januari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar