Kamis, 28 Februari 2008

Ketika Konglomerat Kawinan

Edisi. 01/XXXVII/25 Februari - 02 Maret 2008 Ekonomi dan Bisnis
Ketika Prajogo Mantu

Tiga menteri dan ratusan pengusaha kakap hadir di Singapura. Total aset mereka satu triliun dolar, ujar seorang konglomerat. Ada berlian 100 karat seharga 35 juta dolar. LAGU Popsicle Toes dari penyanyi smooth jazz Michael Franks mengalun lamat-lamat. Suara lembut itu akhirnya terbenam dalam riuhnya percakapan sekitar 600 hadirin yang mengisi penuh semua kursi dalam formasi meja bundar di Ballroom Hotel The Ritz-Carlton Millennia, Singapura. Sabtu malam dua pekan lalu itu, mereka datang di pesta perkawinan putri taipan Prajogo Pangestu, Nancy, yang dipersunting pria Prancis, Nicolas Tabardel.


Sebuah big-band tiba-tiba menghentakkan musik pembuka acara. Sorot lampu benderang di panggung lalu terfokus pada para musikusnya—sejumlah pria bule. Hadirin terkesiap, lalu memberi aplaus ketika master of ceremony membuka perhelatan megah dengan sejumlah kristal raksasa yang menggantung di atap ruang pesta itu. Di tengah setiap meja terpajang tonggak warna emas dan perak berhiaskan lilin dan kembang sedap malam.Salad lobster, sup porcini, daging wagyu kelas satu, yang diselipi jamur dan tomat, disajikan berurutan dalam cara hidang rijstafel.


Pesta bernuansa Barat dalam suasana Imlek itu—banyak perempuan yang mengenakan busana cheongsam—diselingi toast para tamu. "Untuk kebahagiaan mempelai berdua, mari kita bersulang... ," teriak sang pembawa acara. Lalu, triiing... gelas-gelas berisi anggur kelas wahid Dom Perignon saling beradu. Hadirin bertepuk-tangan.Glamor di seberang Teluk Singapura ini hanya bisa tertandingi oleh kenduri perkawinan berlian Liem Sioe Liong atau Sudono Salim. Pria kelahiran Fukien, Cina, hampir 92 tahun silam ini adalah pendiri kerajaan bisnis Grup Salim, yang pernah berpuluh tahun bertengger di puncak tangga orang terkaya di Indonesia.


Om Liem merayakan pesta usia perkawinannya yang ke-60 itu di Shangri-La Island Ballroom, Hotel Shangri-La, di kawasan mentereng Orchard Road, Singapura, April 2004. Saat itu hadirin betul-betul mendapat perlakuan istimewa. Mereka—umumnya saudagar besar dan bekas pejabat era Orde Baru—dijemput khusus dengan pesawat Singapore Airlines. Tampak mantan Menteri Penerangan Harmoko, eks Menteri Sekretaris Negara Moerdiono, bekas Menteri Transmigrasi Siswono Yudhohusodo, dan mantan Ketua DPR Akbar Tandjung. Ratusan pebisnis yang namanya berkibar belakangan setelah Soeharto lengser ikutan hadir, semisal Harry Tanoesoedibjo dari Bhakti Investama dan Chaerul Tanjung, bos Bank Mega dan Trans TV (Tempo, 25 April 2004). lll


Prajogo Pangestu, 64 tahun, menyambut tetamunya dengan berpidato memakai teks dalam bahasa Indonesia aksen Mandarin. Bos Barito Pacific yang dalam dua tahun terakhir namanya masuk daftar majalah Forbes Asia, sebagai 20 besar orang terkaya di Indonesia ini menyinggung sebuah kisah lama, saat si kecil Nancy dilepas belajar ke Singapura meski belum genap berusia empat tahun. Mata Nancy berkaca-kaca. Nicolas lalu didaulat menyanyikan My Way, yang biasa dilantunkan oleh Frank Sinatra. Daya pikat pesta tak sebatas lagu-lagu nostalgia, kristal, semerbak bunga dan kaviar hitam dari Laut Kaspia, tapi juga pada seonggok benda gemerlap yang menggelayut di dada istri Prajogo, Herlina Tjandinegara.


Tengoklah liontin putih yang terus-menerus berkilau "mengganggu" pandangan mata itu. Ups! ternyata berlian super-langka seberat 100 karat, sebesar jempol kaki orang dewasa, salah satu yang terbesar di dunia yang, konon, dibeli pada 1990 di Amerika. "Ini memang investasi saya," kata Prajogo. Harganya? Sang taipan hanya tersenyum. Tapi ada yang menaksir "cuma" US$ 35 juta atau sekitar Rp 300 miliar. Tak berlebihan kalau ada yang berbisik bahwa inilah pesta taipan terbesar di awal Tahun Tikus. Tengoklah pula tamu-tamu yang hadir di sana. Di meja sentral, yang berseberangan dengan tempat sahibul hajat, duduk Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal "Ical" Bakrie, Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu dan Menteri Kehutanan M.S. Ka'ban.


Bersama bekas Menteri BUMN Tanri Abeng, mereka mengapit Madame Ho Ching, CEO Temasek Holdings, yang juga istri PM Singapura Lee Hsien Loong. Sang Madame yang tahun lalu dijuluki majalah Time sebagai satu dari 100 orang berpengaruh di dunia, rupanya betah duduk hampir lima jam hingga acara usai. "Pestanya luar biasa dan menyenangkan bisa bertemu banyak orang," kata Ho Ching. Semula ia bakal disandingkan dengan mantan Presiden Megawati dan Taufik Kiemas, namun mendadak Taufik kurang sehat sehingga batal hadir. Ia mengirim putrinya, Puan Maharani. Sedangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla "mengutus" kerabatnya, Aksa Mahmud, bos Bosowa Grup. Solihin Kalla, putra JK, ikut pula meramaikan pesta.


Ratusan pengusaha terkemuka juga hadir. Dua konglomerat yang moncreng dan menjadi andalan di masa Orde Baru, Sudwikatmono dan Ibrahim Risjad, tampak hadir hingga acara usai. Keduanya bersama Liem Sioe Liong dan Djuhar Sutanto dijuluki The Gang of Four. Sayang, Om Liem batal hadir. "Karena flu berat," kata seorang panitia. Bos besar yang berpuluh tahun menjadi orang terkaya di Tanah Air itu diwakili putranya, Anthony Salim, CEO Salim Grup. Di kursi para taipan kawakan ini bergabung pula William Soeryadjaya, yang mulai uzur dan menggunakan kursi roda.Nama-nama beken yang akrab menghiasi majalah Fortune dan Forbes juga tampak. Ada keluarga grup Sinar Mas, Djarum (Budi Hartono), Sampoerna, Raja Garuda Mas (Sukanto Tanoto), Wings (Eddy William Katuari), Berca (Murdaya Po dan Hartati Murdaya), Mukmin Ali Gunawan, bos Panin Bank, Sugianto Kusuma atau Aguan, bos Artha Graha Grup, bahkan chairman Charoen Pokphand, Summet Jiaravanon.


Dari bos media tampak Chaerul Tanjung (Trans TV), Surya Paloh (Metro TV), Peter F. Gontha (Q TV). "Saya datang karena Prajogo memang hopeng (kawan) sejak lama," kata Peter.Seorang taipan lalu berbisik, kalau ditotal, ini adalah pesta saudagar besar yang mempunyai aset senilai satu triliun dolar—kalau dikurskan ke rupiah menjadi lebih dari Rp 9.000 triliun! Nilai ini hampir setara dengan 12 kali APBN kita atau sekitar 3.000 kali pendapatan asli daerah terkaya di Indonesia, Kabupaten Kutai Kertanegara. Tanri Abeng, bekas CEO Bakrie Brothers, ikut mengangguk. Maka itulah, "Wah, kalau terjadi sesuatu di sini, kita bisa repot hehe," kata Tanri.Coba saja dikalkulasi. Temasek, perusahaan investasi milik Negeri Singa itu, beraset sedikitnya US$ 100 miliar (namun ada versi lain yang menghitung kekayaan sebenarnya lima kali lipatnya). Merekalah sang empunya Singapore Airlines, dan memutar US$ 11 miliar uangnya di Jakarta, di antaranya untuk memborong saham Bank Danamon dan Bank Internasional Indonesia. Ho Ching, 54 tahun, tampak terus-menerus ditempel dan berbisik-bisik dengan Tanri, Anthony, dan Sofjan Wanandi, bos Grup Gemala.Lalu Ical jangan dilupakan.


Ia datang khusus dengan pesawat jet pribadi. Anggap saja Pak Menko, juragan Kelompok Bakrie, bekas saudagar besar pribumi yang tahun lalu namanya bercokol sebagai orang terkaya nomor wahid di republik ini. Belum lagi Anthony, Sukanto Tanoto (dua tahun lalu dinobatkan majalah Forbes Asia sebagai taipan terkaya Indonesia), Budi Hartono, dan beratus nama besar lainnya yang tak bisa disebutkan di sini.Para taipan itu seperti hendak "membenamkan" Singapura. Tengok saja lobi Hotel Ritz-Carlton, Grand Hyatt, Mandarin, juga Shangri-La, ramai dengan tegur sapa para taipan dari Jakarta.


Prajogo, selain menyiapkan tiket Singapore Airlines kelas bisnis, juga menyediakan 350-an kamar hotel berbintang untuk undangan tertentu. Mereka pulalah yang khusus diundang untuk pesta koktail, petang sebelum resepsi dan pemberkatan, dengan sajian kaviar hitam kelas wahid, sambil menenggak sampanye dan vodka diiringi lantunan Michael Franks, you're so brave to expose... all those... popsicle toes....Wahyu Muryadi (Singapura)

Tidak ada komentar: