Minggu, 09 Desember 2007

Klaim Malaysia Tidak Salah




Ketika kita marah dengan negara serumpun Malaysia karena berani mengklaim lagu Rasa Sayange, Angklung, Reog Ponorogo (Barongan versi Malaysia) hingga Batik sebagai budaya Melayu dalam hal ini Malaysia.


Justru, Taufik Ikram Jamil, sastrawan dan budayawan Melayu yang juga mantan wartawan Kompas, mengatakan klaim Malaysia tidak salah. Hal ini dinyatakannya dalam seminnar umum atau diskusi terbuka, Peran Sastra Melayu dan Muatan Lokal Dalam Perfilman Indonesia. Acara ini merupakan rangkain acara Festival Film Indonesia 2007 yang akan diadakan di Pekanbaru Riau. Kegiatan ini diadakan di Galeri Cipta II, TIM, Minggu, 9 Desember 2007.


Sejarah


Mengapa Malaysia berani mengklaim Lagu Rasa Sayange, Angklung, Reog atau Barongan dan Batik sebagai budaya asli Malaysia? Hal ini disebabkan kesenian ini telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu di Malaysia.


Siapa yang membawanya kesana? Sangat mungkin orang Indonesia yang berimigrasi ke Malaysia sejak ratusan tahun yang lalu. Semestinya kita mesti bijak mengamati sejarah yang terjadi di Indonesia.


Riau dan Malaysia sebenarnya satu kesatuan negara ketika adanya Kesultanan Riau hingga abad ke 18. Jadi janganlah heran kalau seni budayanya mempunyai kemiripan satu-sama lain.

Riau sebagai sebuah kerajaan bisa bertahan hingga abad ke 18, jauh setelah masuknya VOC ke tanah Jawa.


Perpisahan negara Riau menjadi terbelah dua antara Riau (Sumatera) dengan Malaysia (Semanjung) lebih disebabkan geopolitik. Perjanjian antara Belanda dan Inggris. Mereka yang membelah daerah ini lewat perjanjian. Belanda menguasai selatan dan Utara di kuasai oleh Inggris.


Malaysia mengklaim semua ini karena pendekatan sosial budaya Melayu. "Mereka hanya berpatokan 3 hal sederhana untuk diklaim sebagai Melayu. Pertama beragama Islam, memakai bahasa Melayu dan berkebudyaan Melayu," jelasnya.


Jadi yang ingin diklaim oleh mereka bahwa kebudayaan yang ada dikawasan ini adalah Melayu. Yang membuat masalah ini menjadi runyam adalah ketika terbawa dalam khasanah geopolitik.


Indonesia tidak akan mau menyebut dirinya Melayu. Indonesia adalah Indonesia. Sama halnya dengan suku-suku yang ratusan jumlahnya di Indonesia, mereka akan menolak disebut Melayu.

Orang Jawa akan lebih bangga menyebut dirinya Jawa daripada Melayu, demikian juga orang Batak, Sunda, Daya, Bali dan lainnya. Permasalahan ini sebenarnya lebih disebabkan geopolitik.


Wikipidea


Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Bang Taufik Ikram Jamil membuat saya tertarik untuk membuka wikipedia. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Melayu?


Dipercayai berasal dari golongan Austronesia di Yunnan. Kelompok pertama dikenal sebagai Melayu Proto. Mereka berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Batu Baru (2500 SM). Keturunannya adalah penduduk Asli di Semenanjung Malaysia, Dayak di Sarawak, Batak dan Komering di Sumatera.


Kumpulan kedua dikenal sebagai Melayu Deutero. Mereka berpindah ke Asia Tenggara pada Zaman Logam kira-kira 1500 SM. Keturunannya orang Melayu di Malaysia dikatakan lebih pandai dan dan mahir daripada Melayu Proto, khususnya dalam bidang astronomi, pelayaran dan bercocok tanam. Jumlah mereka lebih banyak daripada Melayu Proto. Mereka menghuni kawasan pantai dan lembah di Asia Tenggara. Kedua kelompok ini dikenal sebagai kelompok Austronesia.


Jika secara sosial budaya tidak ada masalah tapi masalahannya muncul ketika dilihat dari sisi politik. Dua negara ini mempunyai kepentingan politik yang berbeda. Malaysia pun belum tentu berhati tulus dengan klaim tersebut. Ia belum tentu ingin mengagungkan budaya Melayu. sangat mungkin di balik klaim ini ada kepentingan potiknya juga. Runyam? (ludi hasibuan - http://ludihasibuan.blogspot.com/)

Tidak ada komentar: